Mengenai Saya

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
"ya ayyuhallazina amanu taqullaha waltandzur nafsummaqoddamat lighat, wa taqullaha innallaha khabirum bima ta'malun"

Cari Blog Ini

Jumat, 07 Januari 2011

Implikasi Mencintai Allah dan Nabi


Kecintaan kita kepada nabi akan menyebabkan kita juga dicintai oleh nabi Muhammad SAW. Bila Nabi Muhammad mencintai kita maka insya Allah pasti Allah mencintai kita. Allah SWT berfirman:

Katakan: “jika kalian benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (Al-Imran : 31)

Dari ayat di atas sangat tegas Allah menyerukan pada nabi Muhammad agar mengatakan kepada kita untuk mencintai Allah syaratnya adalah kita harus mengikuti Nabi Muhammad SAW. Kita diminta untuk mencintai nabi dengan mengikuti beliau yang berarti kita mencintai Allah SWT, konsekuensinya Allah pasti mencintai kita.

Bila Allah telah mencintai kita maka tentulah mudah bagi kita untuk meminta apapun kepada-Nya. Meminta rezeki, meminta jalan kemudahan, meminta diberi kedudukan tinggi, jabatan, menjadi orang cerdas, meminta kemuliaan, meminta ampunan, meminta syurga, dijauhkan dari malapetakah, dijauhkan dari siksa api neraka, meminta apa saja pasti Allah beri karena diakhir ayat tersebut dinyatakan Allah Maha penyayang.

Tentulah kita ingin agar kita dicintai Allah, bila kita sudah dekat dengan Allah mudah saja bagi Allah untuk memberikan segala sesuatu yang kita inginkan.

Bagaimana agar kita dicintai Allah? Maka syaratnya harus mencintai nabi Muhammad SAW dengan mengikuti seluruh ajaran beliau. Ajaran nabi Muhammad SAW sesungguhnya bukanlah ciptaan beliau, namun ajaran itu adalah juga dari Allah SWT. Sesuai dengan firmanNya:

“Dan tidaklah ia mengucapkan sesuatu berasal dari hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan (An Najm: 3-4).

Dari ayat diatas sangat jelas bahwa seluruh ajaran Nabi Muhammad bukanlah ciptaan beliau tetapi dari Allah SWT. Sehingga bila kita mengikuti nabi Muhammad SAW sebenarnya kita telah mengikuti Allah SWT.

Agar kita dicintai oleh orang tua kita maka kita harus tunduk dan patuh pada perintah dan larangannya. Bila kita ingin dicintai oleh istri dan suami kita haruslah kita melakukan apa yang mereka inginkan untuk kita laksanakan. Bila kita ingin dikasihi oleh guru/dosen kita maka kita juga harus patuh melaksanakan tugas-tugas yang dia berikan. Begitulah pula kepada nabiyullah Muhammad SAW, bila kita ingin dicintai beliau maka kita harus tunduk, patuh, taat melaksanakan seluruh perintah dan larangan beliau. Kita tidak berani membantah sedikitpun, kita mengikuti beliau dalam seluruh aspek prilaku beliau sebagai nabi dan suri tauladan umat manusia. Beliau memiliki suri tauladan yang baik sesuai dengan firman Allah:

Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah. (Al Ahzab 21)

Sesungguhnya engkau berada diatas khuluk yang agung. (Al Qolam: 4)

Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah suri teladan kita dalam menjalankan hidup di dunia ini karena beliau berada dalam khuluk/prilaku yang agung dan mulia. Ini pula yang menguatkan keyakinan kita untuk mengikuti Rasulullah agar kita mendapatkan rahmat Allah, mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah, mendapatkan syurga Allah dengan selalu mengingat Allah setiap melaksanakan aktivitas hidup kita.

Mencintai Allah berarti kita selalu sadar setiap saat melaksanakan sesuatu ada perintah dan larangan Allah. Kita selalu sadar seluruh hukum perbuatan yang kita kerjakan apakah wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram. Semua itu perintah dan larangan Allah.

Allah SWT lebih lanjut berfirman untuk menguatkan keyakinan kita agar mengikuti beliau SAW:

“dan apa-apa saja yang diberikan rasul kepada kalian terimalah dan apa saja yang dilarangnya atas kalian tinggalkanlah” (Al Hasyar : 7)

Nabiyullah Muhammad telah mengajarkan kepada kita seluruh petunjuk hidup yang harus kita ikuti. Bila kita mengikuti petunjuk itu pasti nabi Muhammad mencintai kita demikian pula Allah pasti mencintai kita.

Petunjuk itu meliputi:

Pertama, ikatan yang mengatur antara manusia dengan kholik/tuhannya. Aturan ini terdiri dari Aqidah (keimanan). Kita diminta oleh Nabiyullah Muhammad agar memiliki keimanan yang kokoh dan lurus, tidak menyimpang, tidak syirik. Keimanan yang dibangun berdasarkan akal dengan keyakinan pasti tanpa keraguan. Kita harus beriman kepada Allah, Rasulullah, Kitab, Malaikat, hari Qiyamat dan Qodho-qodar.

Aturan kedua adalah masalah ibadah. Nabi telah mengajarkan cara-cara beribadah kepada Allah SWT yang harus kita ikuti tidak boleh menyimpang dari yang beliau tuntunkan. Ibadah mahdhoh ini meliputi thaharah, shalat, zakat, saum, haji, jihad, pernikahan, dll. Seluruh kewajiban ibadah haruslah kita laksanakan tanpa terkecuali.

Kedua, ikatan yang mengatur manusia dengan dirinya sendiri yang terdiri dari makanan/minuman, pakaian dan akhlak. Kita diminta oleh Nabi Muhammad agar makan dan minum dengan yang halal saja baik zatnya maupun cara perolehannya. Sedikit sekali yang diharamkan dari jenis makanan dan minuman itu maka sudah seharusnyalah kita makan/minum hanya yang halal saja.

Dalam berpakaian, nabi telah memberi contoh agar menutup aurat. Wanita harus memakai jilbab dan kerudung bila keluar rumah.

Rasulullah SAW telah memberikan kita suri tauladan dalam ber-akhlak. Beliau adalah sebaik-baiknya Akhlak manusia yang harus kita ikuti.

Ketiga, ikatan yang mengatur hubungan manusia dengan selain dirinya (dengan yang lain). Aturan ini merupakan aturan yang paling banyak cakupannya dibanding yang pertama dan kedua. Aturan yang ketiga ini terdiri dari muamalah dan uqubat.

Muamalah meliputi ekonomi, pengelolaan kekayaan alam, pendidikan, pergaulan sosial, warisan, politik, pertahanan-keamanan, politik luar negeri, sistem pemerintahan. Seluruh aturan itu haruslah kita laksanakan semuanya.

Uqubat adalah sistem sanksi, sanksi dikenakan bagi siapapun yang melanggar aturan syariat yang terdiri dari hudud, jinayat, ta’zir dan mukhalafat.

Agar kita dicintai Nabiyullah dan juga dicintai Allah maka syaratnya tak lain dengan mengikuti seluruh ajaran beliau diatas yang terdiri dari aqidah, ibadah, makanan, minuman, pakaian, akhlak, ekonomi, pengelolaan kekayaan alam, pendidikan, pergaulan sosial, politik, pertahanan-keamanan, politik luar negeri, sistem pemerintahan, hudud, jinayat, ta’zir, mukhallafat.

Seluruh aturan itu haruslah kita laksanakan semuanya barulah Allah akan mencintai kita, bila masih sebagian maka Allah belum akan mencintai kita.

Allah berfirman: Udkhulu fisilmi kaafah (masuklah kedalam islam secara keseluruhannya).

Untuk itu marilah kita mengevaluasi diri kita, mengevalusi amal kita apakah kita telah melaksanakan semuanya atau belum. Bila belum, apakah kita belum melaksanakan karena kita tidak mau? Bila kita belum tergerak untuk melaksanakannya padahal kita tahu maka momentum tahun baru inilah kita tumbuhkan kecintaan pada nabi dengan bertobat dan bersegera melaksanakannya.

Bila kita belum melaksanakannya karena kita belum tahu, maka pada momentum tahun baru inilah kita bersegera mencari tahu dengan segera mengkaji Islam. Untuk selanjutnya kita laksanakan seluruhnya dengan perasaan cinta dan kasih sayang pada nabiyullah Muhammad SAW dan Allah SWT. Mudah-mudahan kita menjadi kekasih Allah.

Dalam hadits dari Abi Umamah riwayat At-Thabrani di dalam Al-Kabir, menyatakan:

“….Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan mencintainya. Maka (jika aku telah mencintainya) Aku akan menjadi hatinya sebagai alat berpikirnya, Aku akan menjadi lisannya sebagai alat bicaranya, dan Aku akan menjadi matanya sebagai alat penglihatannya. Jika ia berdoa kepada-Ku maka pasti Aku akan mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberinya. Jika ia meminta pertolongan kepada-Ku, maka pasti Aku akan menolonganya. Ibadah hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah memberikan nasihat.”

Tentulah kita menginginkan apa yang digambarkan dalam hadist diatas dan semoga kita termasuk kategori hadits dan ayat-ayat diatas. Amin

Wallahu'alam

Budianto Haris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar