Mengenai Saya

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
"ya ayyuhallazina amanu taqullaha waltandzur nafsummaqoddamat lighat, wa taqullaha innallaha khabirum bima ta'malun"

Cari Blog Ini

Sabtu, 27 November 2010

TANTANGAN BEKERJA DI ERA KAPITALISME BAGI SEORANG PENGEMBAN DAKWAH


I. Pendahuluan

Bagi seorang muslim diwajibkan untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Allah berfirman:

”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (QS Al Mulk : 15)

Rasulullah SAW bersabda: ’Tidak akan memberatkan bagi siapa saja yang bekerja keras’
Diriwayatkan dari Miqdam ”Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang daripada makanan yang dihasilkan oleh kerja kerasnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud as makan dari hasil kerjanya sendiri” (Hadits riwayat bukhari no 2072)

Dalam surat Al Baqarah 233 Allah berfirman:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya” (QS Al Baqarah : 233)

Imam Ibnu al-'Arabiy menyatakan, "Ayat ini merupakan dalil wajibnya seorang ayah menafkahi anak-anaknya. Sebab, mereka masih belum mampu dan lemah." (Imam Ibnu al-'Arabiy, Ahkaam al-Quran, juz I/hal. 274) Dalam Kitab Shafwaat al-Tafaasiir, Ali al-Shabuniy menyatakan, "Makna ayat ini adalah, seorang ayah wajib memberikan nafkah dan pakaian kepada isterinya yang telah dicerai jika ia menyusui anak-anaknya." (Ali al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasir, juz 1, hal. 150).

Untuk menafkahi keluarga banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan bekerja. Bekerja dapat dilakukan dengan bekerja mandiri seperti mengelola kebun/sawah, berdagang punya sendiri atau bekerja pada pihak lain. Semua dapat dilakukan berdasarkan kemampuan, kemauan, kesenangan yang dia kehendaki. Bagi seorang muslim penting untuk memilih pekerjaan agar hasilnya halal dan jalan yang ditempuh tidak bertentangan dengan syariah.

Pada makalah ini, penulis akan mengulas tentang ‘tantangan bekerja di era kapitalisme bagi pengemban dakwah’ berdasarkan pengalaman beberapa tahun bekerja diberbagai tempat.

II. Realitas Sistem Kapitalisme

Sistem kapitalisme telah menciptakan ketidakseimbangan kepemilikan, kesenjangan ekonomi dan sosial, ketidakmerataan kesempatan, budaya yang hedonis dan konsumeris, individualis, dll. Hal ini akibat dari liberalisasi disegala sektor kehidupan.

Pangkal dari petaka itu adalah sekulerisme yaitu pemisahan antara kehidupan dan agama – kehidupan yang tidak diatur oleh petunjuk Allah – sehingga kehidupan diatur oleh para pemikir berdasarkan teori-teorinya yang diadopsi melalui suara terbanyak dan diterapkan oleh para penguasa yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi.

Praktek sistem demokrasi telah menghantarkan para penguasa untuk berkuasa dengan dukungan kekayaan. Kekayaan inilah yang bisa membeli kursi kekuasaan. Untuk berkuasa diperlukan modal yang banyak guna membangun image positif, menarik hati masyarakat sebagai orang ‘dermawan’, ‘pro rakyat’, dll. Faktanya penguasa adalah juga pengusaha atau yang didukung oleh para pengusaha.

Prinsip-prinsip ekonomi Liberal yang menyebabkan kondisi seperti saat ini diantaranya adalah:
1.Pandangan tentang persoalan ekonomi mikro terletak pada masalah produksi (meningkatkan jumlah produksi)

2. Pandangan pada makro ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi (buble economic)

3. Subsidi adalah racun bagi rakyat (privatisasi)

4. Kepemilikan ada ditangan individu – Setiap orang boleh memiliki apa saja – (konglomerasi)

5. Harus ada liberalisasi perdagangan dalam bentuk pasar bebas (monopoli)

6. Mata uang dapat diperjualbelikan (ribawi)

Akibat dari semua itu maka terciptalah kondisi real saat ini yakni dunia dicengkeram oleh para konglomerat yang menguasai hajat hidup orang banyak. Para konglomerat besar menguasai kekayaan alam dan menciptakan gurita bisnis dari sektor hulu ke hilir. Negara dikuasai oleh para konglomerat, sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh Negara menuruti kehendak para konglomerat. Kesenjangan hidup antara orang kaya dan orang miskin semakin besar. 20 % orang menguasai 80% kekayaan dunia. Artinya 80% orang di dunia memperebutkan 20% kekayaan yang ada. Orang miskin jumlahnya akan semakin banyak karena tidak mampu mengangkat dirinya akibat tidak memiliki bekal untuk bangkit.

Di Indonesia saja menurut Word Bank terdapat 110 juta orang miskin (penghasilan dibawah US$2 / hari), 45 juta orang menganggur (4 juta orang sarjana). Dengan terbatasnya lapangan kerja dan kesempatan bekerja menyebabkan persaingan yang tidak sehat.

Bila ditelaah maka lapangan pekerjaan yang ada terdiri dari sektor swasta murni (PMA dan PMDN), BUMN, sektor pemerintah, usaha mandiri (usaha kecil).
Perusahaan swasta murni (PMA dan PMDN) biasanya perusahaan-perusahaan skala menengah hingga perusahaan multinasional yang bergerak dalam berbagai bidang bisnis seperti: Industri Manufacture, Pertambangan, Jasa (keuangan, kurir, konsultan, kesehatan, pendidikan, dll), Transportasi, Telekomunikasi, hiburan / entertainment, media, trading, dll.

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang dimiliki oleh Negara. Idealnya perusahaan ini 100% saham dan pengelolaannya oleh Negara. Namun pada prakteknya terus dipreteli hingga seluruhnya akan diprivatisasi menjadi milik publik bahkan menjadi milik pribadi oleh para konglomerat.

Lapangan kerja sektor pemerintahan adalah pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah untuk mengurusi kepentingan masyarakat sesuai fungsi Negara menurut definisi sistem Demokrasi Kapitalis bahwa Negara adalah sebagai penjaga malam. Ibarat orang ronda yang menjaga keamanan pada malam hari tentulah yang dijaga adalah rumah orang yang berharta, karena pencuri lebih sering mencuri rumah orang kaya. Demikian pula yang dilakukan Negara yaitu menjaga kepentingan para pemilik modal. Lapangan pekerjaan sektor pemerintahan ini meliputi berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan negara diantaranya: pemerintahan daerah, pemerintahan pusat, departemen-departemen, kementrian, dinas-dinas terkait, badan-badan, dll.

Semua ini tumbuh dan berkembang seiring dengan arah yang dikendalikan oleh ideologi negara yang diterapkan saat ini. Perasaan umat akan selaras dengan perasaan ideologi itu, demikian juga pemikiran umat akan selaras dengan pemikiran ideologi tersebut. Bertambah lama sistim ini tumbuh maka akan semakin semraut sehingga jumlah orang stres bertambah, angka bunuh diri meningkat, kriminalitas tinggi dan orang tidak sekolah semakin banyak.

Tentu diperlukan perbaikan kearah yang benar dengan membuang sekulerisme dari nadi dan darah umat, mencabut kapitalisme yang telah menancap dalam otaknya. Semua ini akan dapat tercapai dengan berkiprahnya para kader dakwah untuk merubah seluruh tatanan kehidupan dengan menggantinya dengan sistem Islam yang kaaffah. Untuk itu diperlukan Pengemban Dakwah yang tangguh.

Namun perlu dicatat bahwa pengemban Dakwah juga wajib menafkahi keluarga dengan nafkah yang halal dan dihasilkan dengan cara yang halal juga. Pengemban dakwah perlu juga untuk bekerja mencari nafkah. Lantas bagaimana menghadapi realitas kehidupan yang tidak islami yang dihadapi setiap saat dan telah merasuk keseluruh sendi pekerjaan? Bagaimana pula agar waktu yang ada tidak habis hanya untuk bekerja, karena ada kewajiban lain yaitu berdakwah? Inilah tantangannya.

III. Tantangan Bekerja di Era Kapitalisme Bagi Pengemban Dakwah

Dunia kerja saat ini tidak bisa lepas dari ideologi yang mengatur kehidupan yaitu kapitalisme. Dimanapun kita berkiprah akan terkontaminasi oleh sistem hidup ini baik langsung maupun tidak langsung. Marilah kita telaah kondisi pekerjaan dibeberapa bidang kerja yang akan dihadapi oleh para Pengemban Dakwah:

1.Bekerja di sektor pemerintahan (baik sipil maupun militer)

Bagi para pengemban dakwah bekerja menjadi pegawai pemerintah akan menghadapi beberapa hal yaitu:

a. Waktu bekerja

Bagi sebagian level jabatan dan bidang pekerjaan tertentu dari sisi waktu bekerja akan lebih fleksibel artinya banyak celah waktu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah. Namun biasanya untuk tipe ini jabatannya bukan jabatan penentu. Kebanyakan hanya staf biasa. Bagi pengemban dakwah yang memerlukan intensitas Dakwah sebagai poros hidup sulit memiliki jabatan tertentu karena waktu untuk bekerja akan lebih banyak dari pada untuk kepentingan dakwah.

b. Jabatan

Semakin tinggi jabatan maka akan semakin banyak kemungkinan maksiat yang terjadi. Dunia pemerintahan tidak lepas dari: mark up, laporan fiktif, ikhtilat, berbohong, menyembunyikan kebenaran, KKN, menjilat, mencari muka, bermuka dua, dll. Sulit untuk dapat bertahan lama dalam jabatan tertentu tanpa melakukan hal-hal tersebut. Bilapun dapat dilakukan maka diperlukan pengorbanan perasaan yang luar biasa. Bisakah pengemban dakwah bertahan?

c. Bidang kerja

Untuk bidang kerja tertentu seperti pendidik (dosen, guru, penyuluh, dlll), pekerja kesehatan (bidan, dokter, perawat, dll), akan lebih banyak kesempatan untuk survive dalam dakwah karena cukup selaras dengan bidang Dakwah. Namun untuk bidang seperti keuangan (bendahara, pajak, kasir, dll) banyak hal yang harus dihindari agar tidak terkena pada kemaksiatan mengingat banyak sekali aktivitas yang akan menjerumuskan seperti suap, riba, laporan fiktif, dll. Bidang hukum (hakim, jaksa, dll) bersentuhan langsung dengan kebijakan hukum selain Islam, pastilah sulit mengelak dari kemaksiatan. Bidang-bidang lain seperti pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, kehutanan, linkungan hidup, perencanaan pembangunan, pekerjaan umum, pemerintahan, dll agak lebih sedikit kemungkinan maksiatnya untuk level staf biasa. Maka pengemban dakwah akan menghadapi tantangan luar biasa untuk level jabatan tinggi. Level staf biasa pun akan menghadapi tantangan yang tidak sedikit untuk menghindari maksiat paling tidak bagaimana menghindari perintah bos dalam melakukan kemasiatan semisal membuat dokumen perjalanan fiktif, dll. Walaupun demikian dengan gaji seadanya tanpa ada tambahan dari jalan yang subhat merupakan tantangan bagi Pengemban Dakwah untuk bersabar. Mampukah?

2. Bekerja di BUMN

Sedikit berbeda dengan sektor pemerintahan, para pekerja BUMN (Badan Usaha Milik Negara), umumnya memiliki penghasilan yang sedikit lebih baik dari pegawai pemerintahan. Sehingga tantangan untuk berbuat curang agak berkurang, walaupun bagi para penghalal segala cara ladang BUMN adalah lahan basah. Tentu tidak bagi pengemban dakwah.

Pengemban Dakwah yang bekerja sebagai pegawai BUMN pun tak akan lepas dari tantangan:
a. Waktu bekerja
Waktu Bekerja pegawai BUMN lebih padat dibanding pegawai negeri. Untuk waktu standar bekerja saja sulit meluangkan waktu untuk berdakwah keluar dari kantor pada siang hari. Apalagi bagi pemegang jabatan tertentu, waktunya akan lebih banyak tersita untuk pekerjaan.

b. Jabatan

Tidak jauh berbeda dengan pegawai pemerintahan. Semakin tinggi jabatan maka akan semakin banyak kemungkinan maksiat yang terjadi. Pekerjaannya tidak lepas dari: mark up, laporan fiktif, ikhtilat, berbohong, menyembunyikan kebenaran, KKN, menjilat, mencari muka, bermuka dua, dll. Para pejabat BUMN akan dapat bertahan lama bila dapat menyenangkan bos dan pandai menyetor. Sulit bagi pengemban dakwah untuk bertahan. Pengorbanan banyak hal.

c. Bidang Kerja

Bidang kerja BUMN pun bervariasi, untuk bidang kerja tertentu seperti keuangan (bendahara, perbankan, kasir, bea-cukai, dll) penuh dengan kemungkinan maksiat karena banyak sekali aktivitas yang dapat menjerumuskan seperti suap, riba, laporan fiktif, dll. Bidang-bidang lain seperti pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, transportasi, dll kemungkinan maksiatnya walaupun lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebelumnya namun juga riskan bagi pengemban Dakwah. Bagi pengemban dakwah posisi staf biasa non jabatan akan lebih leluasa memilih langkah. Namun bila memegang jabatan maka tantangan pengorbanan perasaan akan terasa berat. Pengemban Dakwah harus banyak bersabar untuk tidak tergoda.

3. Bekerja di Perusahaan Swasta (PMA / PMDN)

Bekerja pada perusahaan swasta, tantangan yang dihadapi cukup komplek dan tidak kalah berat untuk dihadapi oleh pengemban dakwah. Waktu yang digunakan untuk bekerja akan lebih lama dibandingkan dengan pegawai pemerintah maupun BUMN. Sehingga waktu untuk berdakwah akan lebih sedikit. Berdakwah disela-sela waktu kosong sangat terbatas. Konsentrasi kerja akan menyita lebih banyak pemikiran dan sulit meluangkan pikiran untuk berdakwah. Semakin Tinggi jabatan maka waktu kerja juga akan semakin bertambah, beban kerja akan semakin berat, pikiran seluruhnya tertuang untuk mencapai target kerja. Kami mengistilahkan bahwa diri sesorang telah dibeli oleh kapitalis untuk mencapai kerakusannya. “Anda saya beli dengan gaji besar, tunjangan besar, kemewahan, dll namun anda hanya boleh memikirkan bagaimana agar perusahaan berkembang pesat dan anda tidak perlu memikirkan yang lain termasuk Dakwah”. Hal ini sesuai dengan arahan teori kelangkaan bahwa ‘keinginan orang tidak terbatas namun alat pemuas yang ada sangat terbatas’, sehingga dengan rakusnya untuk mengambil apa saja. Pemikirannya bukanlah cukup atau tidak tapi tumbuh atau tidak, bila bulan ini untung 1000 maka bulan depan harus untung lebih dari 1000. Bila bulan yang akan datang untung tetap seribu berarti tidak ada prestasi karena tidak ada pertumbuhan (qrowth).

Untuk mencapai keuntungan besar perusahaan maka harus disupport oleh segala lini yang ada dalam perusahaan. Umumnya prinsip kapitalis adalah ‘by all means’ (dengan segala cara), halal atau haram bukan hal yang diperrtimbangkan. Akhirnya seluruh lini kerja akan terkontaminasi dengan kemaksiatan.

Budaya kapitalis pasti akan bersentuhan dengan siapa saja yang bekerja padanya. Paling minimal bagi para karyawan akan menghadapi prilaku ikhtilat dari pegawai yang campu baur. Bahkan untuk para pemegang jabatan akan lebih banyak lagi kemaksiatan yang mungkin dihadapi, diantaranya adalah mencari muka, berdusta, pergaulan bebas, mark up, suap, ribawi, bermuka seribu, pesta-pesta, dll. Tentulah sulit bagi pengemban dakwah untuk survive. Butuh pengorbanan dan kerja keras yang luar biasa untuk dapat bertahan dari godaan maksiat. Sangat sedikit yang mampu bertahan. Gugur dalam medan dakwah atau gugur dari pengaruh kapitalis. Pilihan ada pada kita.

4. Bekerja Mandiri

Bekerja mandiri mungkin salah satu alternatif dari sekian pilihan yang dapat diambil untuk keluar dari lingkaran kapitalis yang penuh maksiat. Namun demikian bagi pengemban dakwah bukan berarti tidak ada tantangan. Setidaknya untuk awal perintisannya telah mengorbankan waktu yang banyak yang akan menyita konsentrasi dakwah. Itu bila usaha mandiri akan berkembang cepat.

Tantangan lain yang dihadapi adalah diperlukan modal untuk pendiriannya. Bila permodalan cukup maka langkah pertama dapat diatasi dengan baik. Bila kurang modal maka akan terseok-seok dan berpengaruh bagi perkembangan usaha. Alternatif pencarian modal juga tantangan tersendiri untuk memilih sumber yang syar’i.

Bila usaha telah berjalan maka tidak sedikit tantangan yang dihadapi yang memungkinkan jalan yang ditempuh tidak syar’i seperti pengembangan jaringan kerja yang bersentuhan dengan suap, proses negosiasi yang menyalahi islam, transaksi yang tidak islami, pertambahan keuntungan yang ribawi, lingkungan kerja yang campur baur, dll. Hal ini merupakan konsekwensi dari sistem kapitalis yang telah berurat berakar.
Kami menyimpulkan bahwa didalam sistem yang tidak ideal akan sulit menemukan subsistem yang ideal.

Tantangan bagi pengemban dakwah adalah bagaimana dapat mensinergikan dakwah dengan memenuhi nafkah keluarga.

IV. Beberapa Renungan

Menafkahi keluarga adalah wajib. Berdakwah juga wajib. Seorang muslim wajib melaksanakan seluruh kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah. Meninggalkan salah satunya berarti bermaksiat kepada Allah.

Allah telah menetapkan kadar rezeki bagi tiap-tiap orang berdasarkan firman Nya:

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Al Ankabut 60).

Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap orang sejak 4 bulan berada dalam rahim ibunya seperti sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra
’Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia’

Allah juga berfirman:

“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Attaubah 71)

Semoga kita dapat memilih petunjuk Allah dalam menghadapi tantangan kehidupan yang dilandasi prinsip hidup kapitalisme dan bekerja keras menggantinya dengan sistem Islam. Dakwah sebagai poros hidup adalah impian bagi pengemban dakwah yang ikhlas. Maka kita berdoa agar Allah memberikan pekerjaan untuk menafkahi keluarga yang selaras dengan roda dakwah. Amin.

Wallahu’alam
Budianto Haris (dipresentasikan bulan Juli 2010)