DINASTI
Kelana ke ujung bumi
Mengais jengkal kisah nabi juga sisa dinasti kami
Dulu itu,
Saat khulafa-ur-raasyidin menancap kejayaan Qurani di seantero jazirah
Bertaut kisah zaman Abbasiyah
menggemahkan gaung keagungan hingga ke negeri tak terindra
Tuhan kami,
tempat dimana keterasingan mengadukan kesedihan
zaman ini telah berganti
tangis kedukaan dari anak-anak negeri kami
dipecut kesakitan waktu oleh tuan-tuan baru
yang berlagak bagai menir-menir
Sebenarnya,
ayah mereka budak-budak granada saat khilafah ada
Ilahi,
naungan bagi yang lemah dan yang gagah
kami ada di titik lembah kehancuran masa ini
Dinasti Ustmani telah pupus dalam genggaman musuh dari anak negeri sendiri
kuning keemasan kusam oleh lumut kemunafikan
Robbi,
gulirkan butir permata jingga dari pasir pantai tak bernama
seperti janji-Mu dalam bait-bait mutawattir bil makna
Kami,
tak hanya menunggu..
kepalan jemari meninju kesenyapan
meraih harap memecut ketakutan yang menyekap
kami,
serahkan seluruh
tak bersisa
untuk Mu
bagi anak-anak negeri yang tak henti meratap sedih
Dinasti,
akan kembali
syabab-syabab telah berteriak
memekik
menyerukan firman
di setiap jengkal biladil muslimin
bahkan negeri tuan-tuan menir
Waktu,
pasti berlalu
lalu,
menyatu dalam dinasti baru
dalam panji-panji ilahi robbi..
Created by: Budianto Haris
Mengenai Saya

- BUDIHARIS
- Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
- "ya ayyuhallazina amanu taqullaha waltandzur nafsummaqoddamat lighat, wa taqullaha innallaha khabirum bima ta'malun"
Arsip Tulisan Budiharis
Cari Blog Ini
Kamis, 12 September 2013
Selasa, 13 Maret 2012
PENGARUH PEMIKIRAN TERHADAP JALAN HIDUP MANUSIA

Oleh: Budianto Haris
Pendahuluan
Manusia memiliki sikap hidup yang bervariasi sesuai dengan selera yang dia inginkan. Ada yang tahu arah hidupnya, ada yang tidak tahu. Ada yang berfikir cemerlang terhadap sesuatu, ada yang berfikir mendalam terhadap kehidupannya, ada pula yang berfikir dangkal, bahkan ada yang berfikir sangat dangkal hampir-hampir tidak menggunakan akal dan fikirannya. Masing-masing orang berbeda-beda sikap, prilaku, gaya dan keinginan hidupnya. Demikian pula dengan pilihan profesi, pilihan pekerjaan, pilihan prioritas hidup, pilihan prioritas kegiatan, pilihan standar hidup, pilihan standar prilaku, pilihan standar petunjuk hidup, pilihan standar pasangan hidup, dll masing-masing memiliki perbedaan meskipun ada juga yang memiliki kesamaan.
Dari pengamatan terhadap individu-individu dalam masyarakat maka dapat ditemukan berbagai perbedaan itu. Ada yang berprofesi sebagai petani, ada yang berprofesi sebagai pedagang, sebagian berprofesi sebagai karyawan, sebagian lagi berprofesi sebagai pengusaha, ada pula yang berprofesi sebagai profesional ahli dibidangnya (tabib, dokter, pengacara, konsultan, dll), bahkan ada yang tidak berprofesi sebagai apapun. Ada yang rajin bekerja, ada yang bekerja malas, ada yang tidak bekerja.
Banyak anak-anak muda umur belasan memiliki sikap, prilaku dan gaya hidup meniru idolanya para selebritis, ada yang meniru para teknokrat, ada juga yang mencontoh para birokrat, namun tak jarang yang meniru para ulama’ pewaris nabi.
Didalam melakukan aktivitas kesehariannya ada orang yang lebih memprioritaskan urusan keluarga, ada yang lebih mengutamakan kepentingan organisasi, ada yang lebih cenderung pada urusan pekerjaan profesi, bahkan mayoritas para aktivis islam lebih memprioritaskan urusan dakwah untuk mencapai tujuan mulia.
Standar hidup yang menjadi patokan manusia pun beraneka ragam. Ada yang mampu meraih impiannya banyak pula yang tidak mampu. Standar kebenaran yang menjadi pertimbangan dalam menentukan benar dan salah tiap-tiap orang ada kesamaan dan perbedaan.
Singkatnya masing-masing orang memiliki corak sendiri-sendiri dalam hidupnya. Ada yang berbeda dan ada yang sama. Hal ini bisa dimaklumi karena masing-masing orang memiliki pengalaman, usia, pendidikan, lingkungan dan latar belakang yang bervariasi satu sama lainnya.
Lantas mengapa bisa demikian? Bagaimana proses ini bisa terjadi? Apa yang menyebabkan orang melakukan sesuatu? Kenapa ada yang lebih cenderung pada suatu hal tapi ada yang lebih cenderung pada hal lain? Kenapa pula sebagian lebih memprioritaskan hal-hal tertentu sementara yang lain tidak? Semua ini berpulang pada prilaku manusia sehingga mereka menentukan jalan hidup tertentu yang menjadi pilihannya.
Skema Pembentukan Prilaku
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas maka perlu diurai beberapa hal yang menjadi landasan manusia berprilaku. Dalam kitab ‘Syakhsyiyah Islam I’ Karya Syaikh Taqiyuddin Annabhani dijelaskan secara gamblang hal ini.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi hidup. Secara umum potensi hidup manusia terdiri dari 3 hal, yakni:
Pertama; Setiap manusia memiliki kebutuhan jasmani yang harus dipenuhinya. Tidak ada orang yang tidak memiliki kebutuhan hidup ini. Kebutuhan hidup ini adalah: makan, minum, istirahat, tidur, buang hajat, jalan, duduk, berbaring, dll. Dorongan kebutuhan hidup ini timbul dari dalam dirinya. Apabila dorongan kebutuhan hidup ini tidak terpenuhi maka orang akan mati. Manusia hanya bisa bertahan beberapa minggu tidak makan lebih dari itu akan mati. Orang hanya bisa bertahan beberapa hari tidak minum lebih dari itu akan mati. Mereka juga hanya bisa bertahan beberapa hari tidak buang hajat bila lebih dari itu akan menyebabkan kematiannya. Manusia memerlukan variasi gerak hidupnya tidak bisa hanya berdiri, berbaring, jalan atau duduk saja. Ia memerlukan gerak sesuai dengan kebutuhannya.
Kedua; Setiap manusia memiliki kebutuhan Naluri. Kebutuhan naluri ini menimbulkan dorongan untuk dipuaskan. Naluri ini adalah naluri mempertahankan diri (survival), naluri seksual (berkasih sayang) dan naluri religius (beragama). Naluri ini secara fitrah ada dalam setiap orang dan muncul akibat rangsangan dari luar. Apabila dorongan untuk pelampiasannya tidak terpenuhi maka manusia akan terganggu namun tidak menyebabkan kematian.
Naluri Survival (mempertahankan dari) adalah naluri manusia untuk mempertahankan diri dari hal-hal yang mengganggu dirinya. Bila ada ancaman yang mengancam maka ia akan menunjukkan respon pembelaan dirinya. Orang berusaha mengejar impian menjadi orang penting yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat adalah salah satu bentuk real dari dorongan naluri ini.
Naluri Seksual (berkasih sayang) adalah naluri yang dimiliki manusia untuk berkasih sayang, sayang menyayangi, cinta mencintai, dll. Orang hidup berpasang-pasangan dengan pasangannya masing-masing. Anak mencintai orang tuanya. Orang tua menyayangi anak-anaknya. Sesama saudara saling menyayangi. Ini adalah bentuk manifestasi dari naluri seksual.
Naluri religius (beragama) adalah naluri manusia untuk mengagungkan zat yang ia anggap dapat memberikan sesuatu diluar kemampuan dirinya. Orang akan menjalankan ritual ibadah sebagai bentuk ketundukan, ketaatan dan permintaan pertolongan pada suatu zat yang dia anggap dapat memberikan apa yang dia harapkan. Orang rajin pergi ke masjid, rajin menjalankan ibadah, rajin berdoa dan berharap pada Allah swt. Ini merupakan perwujudan naluri religius ini. Walaupun orang malas menjalankan ibadah karena aqidahnya lemah namun dalam setiap langkah kesehariannya pasti berharap agar apa-apa yang diusahakannya dapat sukses, berhasil dan Tuhan dapat mewujudkannya.
Ketiga; Akal. Perbedaan manusia dengan mahluk lain seperti binatang adalah akal. Hewan memiliki kebutuhan jasmani sama dengan manusia. Hewan juga memiliki kebutuhan naluri juga sama dengan manusia. Namun yang menjadikan manusia berbeda dengan hewan adalah manusia diberi potensi Akal.
Akal adalah kemampuan memahami hakikat fakta yang diindra. Akal adalah potensi diri manusia yang terkait suatu proses yang terjadi melalui pencerapan fakta oleh panca indra kedalam otak yang disertai informasi terdahulu sehingga fakta itu dapat ditafsirkan. Sehingga akal terkait dengan fakta, panca indra, informasi terdahulu serta otak. Proses keterkaitan ke-empat hal inilah yang menyebabkan bekerjanya akal. Berkat akal, manusia dapat memahami berbagai hal dalam kehidupannya.
Keterikatan masing-masing komponen ini akan sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang. Syarat-syarat dasar yang normal bagi kecerdasan seseorang dalam memahami kehidupan adalah sehatnya seluruh panca indra sehingga dapat berfungsi normal sesuai kodratnya, sehatnya otak yang dimiliki dengan standar IQ normal. Bila kedua jenis organ ini berfungsi normal artinya secara internal dirinya memiliki kelengkapan kecerdasan.
Selanjutnya yang menentukan kecerdasannya adalah bagaimana manusia itu menggunakan otak dan indranya secara optimal. Untuk menjadi cerdas maka orang harus sebanyak mungkin melakukan pengindraan terhadap fakta-fakta yang ada. Experimen yang dilakukan oleh para peneliti di laboratorium adalah suatu proses pengindraan fakta oleh panca indra kedalam otak yang terus menerus sehingga dapat mengungkap rahasia-rahasia yang ada pada fakta yang terindra itu. Para Profesor menemukan berbagai keunggulan tumbuhan tertentu guna pengobatan kangker adalah hasil proses pencerapan fakta oleh panca indra kedalam otak.
Namun pencerapan fakta oleh panca indra kedalam otak saja tidak cukup untuk mengungkap tabir rahasia fakta-fakta yang diamati itu tanpa disertai informasi-informasi pendukung terhadap hal itu. Seberapa sering pun orang Melayu melihat huruf Jawa Kuno tetap saja ia tidak dapat memahami huruf-huruf itu tanpa disertai informasi tentang makna-maknanya. Informasi merupakan perkara penting untuk terjadinya proses pemahaman terhadap sesuatu. Informasi awal merupakan tonggak awal untuk memahami informasi dasar terhadap fakta-fakta terindra. Selanjutnya informasi akan terus berkembang seiring dengan penemuan-penemuan terhadap fakta-fakta yang terindra. Proses penggunaan akal ini dinamakan proses berfikir. Untuk memahami sesuatu maka proses berfikir inilah yang dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa pemahaman seseorang terhadap berbagai hal sangat tergantung pada proses berfikir yang dilakukannya. Semakin intens dia berfikir dengan menggunakan 4 komponen akal tadi secara optimal maka dia akan semakin memahami fakta-fakta yang terindra. Informasi merupakan komponen yang sangat vital bagi banyak sedikitnya yang dipahami seseorang dan benar salahnya pemahaman seseorang.
Seseorang dikatakan cerdas bila informasi yang dipahaminya semakin banyak dan informasi tersebut adalah informasi yang benar. Informasi yang benar diperoleh dari penelusuran yang benar. Asal informasi awal yang benar harus datang dari zat yang merupakan pencipta segala sesuatu. Informasi selanjutnya harus merujuk pada informasi induk ini.
Perkembangan informasi selanjutnya yang akan menjadi standar kebenaran adalah juga merujuk pada sumber informasi awal tadi. Untuk informasi petunjuk hidup, jalan hidup, sistem hidup atau pekara-perkara peradaban / hadlarah mutlak bersumber dari sumber informasi awal yaitu Alqur’an dan Hadits. Hal-hal ini tidak dapat diperoleh dari proses experimen try and error dan berkembang menjadi teori-teori kehidupan sebagai informasi lanjutan. Apabila ini terjadi maka informasi lanjutan yang diperoleh itu akan salah. Namun untuk perkara-perkara sains dan teknologi dapat dilakukan proses experimen untuk mengungkap rahasia dibalik fakta yang diamati. Hasil pengamatan itu dapat dijadikan sebagai rujukan informasi baru guna penemuan-penemuan baru.
Lantas bagaimana hubungan antara potensi jasmani, naluri dan akal manusia itu dengan prilaku, sikap, dan yang lainnya sehingga orang memiliki kekhasan tersendiri dalam hidupnya? Ada yang berjalan diatas jalan kebenaran dan ada yang berjalan diatas jalan yang salah. Ada yang tahu kalau ia berada diatas kebenaran namun banyak yang tidak tahu posisi dirinya dalam kekeliruan. Ada yang peduli dengan benar atau salah namun ada yang tidak mau tahu apakah benar atau salah, baik atau buruk.
Pengaruh Fikiran terhadap Jalan Hidup Seseorang
Dari penjelasan diatas maka pemahaman seseorang tergantung pada pemikirannya terhadap sesuatu. Pemikiran dipengaruhi oleh proses penggunaan akal. Penggunaan akal dipengaruhi oleh informasi yang menjadi rujukan standar berfikirnya. Sehingga benar tidaknya prilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh benar tidaknya pemahaman seseorang, benar tidaknya proses berfikir dan benar tidaknya informasi yang digunakan untuk memahami sesuatu itu.
Demikian pula prioritas hidup yang menjadi dasar aktivitas keseharian seseorang sangat dipengaruhi oleh informasi yang paling dominan dalam hidupnya sehingga mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Pilihan hidup seseorang terhadap profesi tertentu misal pedagang, karyawan, petani, pengusaha, dll merupakan pengaruh beberapa hal selain takdir Allah yaitu pengaruh pemahaman, kebutuhan jasmani dan dorongan naluri.
Bagaimana keterkaitan hal ini?
Ketika seseorang memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya ataupun kebutuhan nalurinya maka ia akan berfikir menemukan cara-cara pemenuhannya. Ia akan menyiapkan sarana-sarana pemuas tersebut dengan berbagai cara yang ia pahami. Penyiapan sarana-sarana pemuas itu tergantung pada pemikirannya saat itu. Bila pemikiran yang dominan dalam dirinya berupa informasi perdagangan serta didukung oleh pengaruh lingkungan perdagangan maka seseorang tesebut akan memiliki kecenderungan menjadi pedagang. Hal ini akan mendorongnya bertindak untuk berdagang.
Demikian pula bila ia dididik untuk menjadi tentara maka pemikiran yang dominan dalam dirinya adalah bagaimana mengalahkan musuh di medan perang. Sehingga akan mendorangnya membaktikan hidupnya pada loyalitas perang.
Para dokter yang menekuni profesinya adalah buah dari proses berfikir sehingga timbul pemahaman dalam dirinya untuk berprofesi sebagai pelayan masyarakat dibidang kesehatan. Munculnya pemahaman ini juga berpangkal dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri.
Dengan demikian mengapa orang lebih cenderung pada pola kehidupan tertentu dan cenderung pada pilihan hidup tertentu adalah pengaruh dari pemikiran dan dorongan kebutuhan jasmani serta kebutuhan naluri.
Dalam melakukan aktivitas hidupnya seseorang didorong oleh motivasi yang membuatnya bersemangat atau tidak bersemangat. Motivasi itu ada 3 hal yaitu:
Pertama; Motivasi Material, yakni motivasi yang mendorong seseorang berbuat karena landasan perolehan material. Hitungan-hitungan perolehan materi yang mendasari perbuatannya menjadi landasan kuat untuk berbuat.
Kedua; Motivasi Emosional, yakni motivasi yang mendorongnya berbuat sesuatu karena dorongan emosi umumnya emosi naluri survival.
Ketiga; Motivasi Spiritual, yakni motivasi seseorang melakukan sesuatu karena dorongan naluri spriritual.
Motivasi manapun yang dipilih seseorang dalam melakukan amal perbuatannya tak lepas dari pemahamannya terhadap sesuatu itu. Kembali lagi pada konsep dasar berfikir yakni informasi yang paling dominan yang mempengaruhi hidupnya.
Dalam melakukan perbuatan disamping dorongan motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan perbuatan itu sendiri, yakni hasil akhir yang menjadi sasaran perbuatannya. Tujuan itu ada 4 yakni:
1. Nilai Materi
2. Nilai Kemanusiaan
3. Nilai Akhlak
4. Nilai Spritual
Kesemuanya itu menjadi pendorong manusia berbuat karena pengaruh pemikiran yang paling dominan dalam hidupnya. Mana yang dipilihnya itulah yang menjadi landasan perbuatannya.
Dengan demikian fikiran seseorang sangat berpengaruh terhadap keputusan hidupnya mengambil langkah-langkah, menentukan tujuan dan keputusan hidupnya memilih jalan mana yang akan ditempuh.
Wallahu 'Alam
Jumat, 07 Januari 2011
Implikasi Mencintai Allah dan Nabi

Kecintaan kita kepada nabi akan menyebabkan kita juga dicintai oleh nabi Muhammad SAW. Bila Nabi Muhammad mencintai kita maka insya Allah pasti Allah mencintai kita. Allah SWT berfirman:
Katakan: “jika kalian benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (Al-Imran : 31)
Dari ayat di atas sangat tegas Allah menyerukan pada nabi Muhammad agar mengatakan kepada kita untuk mencintai Allah syaratnya adalah kita harus mengikuti Nabi Muhammad SAW. Kita diminta untuk mencintai nabi dengan mengikuti beliau yang berarti kita mencintai Allah SWT, konsekuensinya Allah pasti mencintai kita.
Bila Allah telah mencintai kita maka tentulah mudah bagi kita untuk meminta apapun kepada-Nya. Meminta rezeki, meminta jalan kemudahan, meminta diberi kedudukan tinggi, jabatan, menjadi orang cerdas, meminta kemuliaan, meminta ampunan, meminta syurga, dijauhkan dari malapetakah, dijauhkan dari siksa api neraka, meminta apa saja pasti Allah beri karena diakhir ayat tersebut dinyatakan Allah Maha penyayang.
Tentulah kita ingin agar kita dicintai Allah, bila kita sudah dekat dengan Allah mudah saja bagi Allah untuk memberikan segala sesuatu yang kita inginkan.
Bagaimana agar kita dicintai Allah? Maka syaratnya harus mencintai nabi Muhammad SAW dengan mengikuti seluruh ajaran beliau. Ajaran nabi Muhammad SAW sesungguhnya bukanlah ciptaan beliau, namun ajaran itu adalah juga dari Allah SWT. Sesuai dengan firmanNya:
“Dan tidaklah ia mengucapkan sesuatu berasal dari hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan (An Najm: 3-4).
Dari ayat diatas sangat jelas bahwa seluruh ajaran Nabi Muhammad bukanlah ciptaan beliau tetapi dari Allah SWT. Sehingga bila kita mengikuti nabi Muhammad SAW sebenarnya kita telah mengikuti Allah SWT.
Agar kita dicintai oleh orang tua kita maka kita harus tunduk dan patuh pada perintah dan larangannya. Bila kita ingin dicintai oleh istri dan suami kita haruslah kita melakukan apa yang mereka inginkan untuk kita laksanakan. Bila kita ingin dikasihi oleh guru/dosen kita maka kita juga harus patuh melaksanakan tugas-tugas yang dia berikan. Begitulah pula kepada nabiyullah Muhammad SAW, bila kita ingin dicintai beliau maka kita harus tunduk, patuh, taat melaksanakan seluruh perintah dan larangan beliau. Kita tidak berani membantah sedikitpun, kita mengikuti beliau dalam seluruh aspek prilaku beliau sebagai nabi dan suri tauladan umat manusia. Beliau memiliki suri tauladan yang baik sesuai dengan firman Allah:
Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah. (Al Ahzab 21)
Sesungguhnya engkau berada diatas khuluk yang agung. (Al Qolam: 4)
Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah suri teladan kita dalam menjalankan hidup di dunia ini karena beliau berada dalam khuluk/prilaku yang agung dan mulia. Ini pula yang menguatkan keyakinan kita untuk mengikuti Rasulullah agar kita mendapatkan rahmat Allah, mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah, mendapatkan syurga Allah dengan selalu mengingat Allah setiap melaksanakan aktivitas hidup kita.
Mencintai Allah berarti kita selalu sadar setiap saat melaksanakan sesuatu ada perintah dan larangan Allah. Kita selalu sadar seluruh hukum perbuatan yang kita kerjakan apakah wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram. Semua itu perintah dan larangan Allah.
Allah SWT lebih lanjut berfirman untuk menguatkan keyakinan kita agar mengikuti beliau SAW:
“dan apa-apa saja yang diberikan rasul kepada kalian terimalah dan apa saja yang dilarangnya atas kalian tinggalkanlah” (Al Hasyar : 7)
Nabiyullah Muhammad telah mengajarkan kepada kita seluruh petunjuk hidup yang harus kita ikuti. Bila kita mengikuti petunjuk itu pasti nabi Muhammad mencintai kita demikian pula Allah pasti mencintai kita.
Petunjuk itu meliputi:
Pertama, ikatan yang mengatur antara manusia dengan kholik/tuhannya. Aturan ini terdiri dari Aqidah (keimanan). Kita diminta oleh Nabiyullah Muhammad agar memiliki keimanan yang kokoh dan lurus, tidak menyimpang, tidak syirik. Keimanan yang dibangun berdasarkan akal dengan keyakinan pasti tanpa keraguan. Kita harus beriman kepada Allah, Rasulullah, Kitab, Malaikat, hari Qiyamat dan Qodho-qodar.
Aturan kedua adalah masalah ibadah. Nabi telah mengajarkan cara-cara beribadah kepada Allah SWT yang harus kita ikuti tidak boleh menyimpang dari yang beliau tuntunkan. Ibadah mahdhoh ini meliputi thaharah, shalat, zakat, saum, haji, jihad, pernikahan, dll. Seluruh kewajiban ibadah haruslah kita laksanakan tanpa terkecuali.
Kedua, ikatan yang mengatur manusia dengan dirinya sendiri yang terdiri dari makanan/minuman, pakaian dan akhlak. Kita diminta oleh Nabi Muhammad agar makan dan minum dengan yang halal saja baik zatnya maupun cara perolehannya. Sedikit sekali yang diharamkan dari jenis makanan dan minuman itu maka sudah seharusnyalah kita makan/minum hanya yang halal saja.
Dalam berpakaian, nabi telah memberi contoh agar menutup aurat. Wanita harus memakai jilbab dan kerudung bila keluar rumah.
Rasulullah SAW telah memberikan kita suri tauladan dalam ber-akhlak. Beliau adalah sebaik-baiknya Akhlak manusia yang harus kita ikuti.
Ketiga, ikatan yang mengatur hubungan manusia dengan selain dirinya (dengan yang lain). Aturan ini merupakan aturan yang paling banyak cakupannya dibanding yang pertama dan kedua. Aturan yang ketiga ini terdiri dari muamalah dan uqubat.
Muamalah meliputi ekonomi, pengelolaan kekayaan alam, pendidikan, pergaulan sosial, warisan, politik, pertahanan-keamanan, politik luar negeri, sistem pemerintahan. Seluruh aturan itu haruslah kita laksanakan semuanya.
Uqubat adalah sistem sanksi, sanksi dikenakan bagi siapapun yang melanggar aturan syariat yang terdiri dari hudud, jinayat, ta’zir dan mukhalafat.
Agar kita dicintai Nabiyullah dan juga dicintai Allah maka syaratnya tak lain dengan mengikuti seluruh ajaran beliau diatas yang terdiri dari aqidah, ibadah, makanan, minuman, pakaian, akhlak, ekonomi, pengelolaan kekayaan alam, pendidikan, pergaulan sosial, politik, pertahanan-keamanan, politik luar negeri, sistem pemerintahan, hudud, jinayat, ta’zir, mukhallafat.
Seluruh aturan itu haruslah kita laksanakan semuanya barulah Allah akan mencintai kita, bila masih sebagian maka Allah belum akan mencintai kita.
Allah berfirman: Udkhulu fisilmi kaafah (masuklah kedalam islam secara keseluruhannya).
Untuk itu marilah kita mengevaluasi diri kita, mengevalusi amal kita apakah kita telah melaksanakan semuanya atau belum. Bila belum, apakah kita belum melaksanakan karena kita tidak mau? Bila kita belum tergerak untuk melaksanakannya padahal kita tahu maka momentum tahun baru inilah kita tumbuhkan kecintaan pada nabi dengan bertobat dan bersegera melaksanakannya.
Bila kita belum melaksanakannya karena kita belum tahu, maka pada momentum tahun baru inilah kita bersegera mencari tahu dengan segera mengkaji Islam. Untuk selanjutnya kita laksanakan seluruhnya dengan perasaan cinta dan kasih sayang pada nabiyullah Muhammad SAW dan Allah SWT. Mudah-mudahan kita menjadi kekasih Allah.
Dalam hadits dari Abi Umamah riwayat At-Thabrani di dalam Al-Kabir, menyatakan:
“….Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan mencintainya. Maka (jika aku telah mencintainya) Aku akan menjadi hatinya sebagai alat berpikirnya, Aku akan menjadi lisannya sebagai alat bicaranya, dan Aku akan menjadi matanya sebagai alat penglihatannya. Jika ia berdoa kepada-Ku maka pasti Aku akan mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberinya. Jika ia meminta pertolongan kepada-Ku, maka pasti Aku akan menolonganya. Ibadah hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah memberikan nasihat.”
Tentulah kita menginginkan apa yang digambarkan dalam hadist diatas dan semoga kita termasuk kategori hadits dan ayat-ayat diatas. Amin
Wallahu'alam
Budianto Haris
Jumat, 17 Desember 2010
Hakikat Hidup

Rasulullah Saw bersabda: "kun fidunya kaannakum ghoribun au ahlu sabil"
Hiduplah di dunia ini seakan-akan kamu ini orang asing atau orang yang merantau dalam perjalanan(HR. Bukhari).
Dari hadits diatas Rasulullah saw mengingatkan kepada kita agar hidup didunia seolah-olah kita ini sebagai orang asing dan sedang merantau. Hikmah apa yang dapat kita petik sebagai seorang asing dan perantau?
Orang yang merasa sebagai orang asing dan sedang merantau pastilah:
1. Selalu teringat dengan kampung halamannya. Dia selalu rindu dengan kampung halaman, ingin agar segera bertemu sanak keluarga dan saudara dikampung halamannya itu.
2. Ingin berhasil mengumpulkan bekal untuk pulang ke kampung halamannya. Sebagaimana para TKI (tenaga kerja indonesia) di luar negeri. Bekerja siang malam membanting tulang agar setelah pulang kampung membawa bekal yang banyak dan menjadi orang yang sukses.
3. Tidak lalai dengan tugas utama mengemban misi kerja untuk mendapatkan hasil yang besar bagi sukses kampung halaman. Bahkan mereka tidak terfikir untuk memiliki kemewahan hidup diperantauan. Para perantau biasa dengan kesederhanaan karena dia tahu dia akan segera dipanggail pulang kekampung halamannya.
Bila orang tidak sadar bahwa dia orang asing yang dalam perantauan maka sama seperti orang yang lupa bahwa dia memiliki paspor yang ternyata akan segera habis yang kemudian akan diusir dari negeri itu dan dikembalikan kekampung halamannya. Pada saat dikembalikan kekampung halamannya ia menyesal karena tidak menyiapkan bekal untuk kampung halamannya. Ia terluntah-luntah tidak punya rumah, tidak punya kerabat, tidak punya bekal apapun. Ia akan tersiksa.
Sementara orang yang sadar bahwa ia dalam perantauan dan menyiapkan diri untuk kampung halamannya maka dia akan senang karena dia telah menyiapkan rumah dikampung halamannya yang dia kirimkan saat diperantauan untuk dibangunkan rumah. Dia memiliki keluarga yang sehat dan bahagia karena dia selalu mengirimkan bekal untuk keluarganya dikampung halaman. Sementara orang yang lupa tidak mengirimkan bekal pada keluarganya sehingga keluarganya pun punah.
Kampung halaman kita yang hakiki adalah akhirat. Dunia ini adalah tempat perantauan. Paspor kita didunia ini cepat atau lambat akan dicabut oleh Allah, kapan saja Allah mau. Maka bila kita lupa masa itu akan datang tentulah sama dengan orang-orang yang lupa pada Allah.
Allah SWT berfirman:
"..dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik" (AL Hasyr 19).
Orang yang lupa pada Allah sesungguhnya mereka lupa pada diri mereka sendiri yang akibatnya mereka tidak tahu arah hidup ini. Padahal mereka akan dikumpulkan dipadang mashar selama satu hari yang setara dengan 50 ribu tahun hidup didunia. Artinya bila dibandingkan dengan akhirat, hidup didunia ini hanya sebentar saja tidak lebih dari 3 menit.
Kerugianlah bagi siapa saja yang menukar kenikmatan akhirat dengan kenikmatan dunia yang hanya sebentar itu.
Allah SWT mengingatkan agar menyiapkan bekal untuk menghadapai hari setelah kematian dengan menyuruh manusia bertakwa.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Hasyr ayat 18).
Ayat diatas mengingatkan agar manusia mempersiapkan diri untuk hari akhirat. Sebelum manusia masuk kedalam surga atau neraka terlebih dahulu dikumpulkan dipadang masyhar. Jutaan orang berkumpul pada lapangan yang sama matahari diatas kepala mereka, mereka tertunduk dalam keadaan telanjang, malu, tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain, sama. Mereka dikumpulkan seperti lapangan terigu yang putih. Setelah itu mereka akan digiring ke neraka dan ke syurga sesuai dengan amal ibadah manusia.
Maka Allah memerintahkan untuk bertakwa agar selamat sesuai dengan ayat diatas. Bertakwa berarti melaksanakan seluruh kewajiban (fardlu ain: shalat, zakat, puasa, haji, dakwah, dll; Fardhu kifayah: menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, mengurus jenazah, mengelola Negara dengan cara Islam, dll ). Menjauhi seluruh yang dilarang Allah (diharamkan), memperbanyak mengerjakan yang sunnah (seluruh amal sunnah). Bila kita telah melaksanakan semua itu maka insya Allah akan selamat dunia dan akhirat.
Allah berfirman dalam surat At Tahrim ayat 6:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." ( QS AT Tahrim : 6)
Wallahu'alam
Budianto Haris
Rabu, 01 Desember 2010
Rezeki Dari Allah

Anggapan masyarakat tentang rezeki
Banyak anggapan bahwa rezeki itu karena pendidikan tinggi, sehingga banyak orang menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan tinggi dengan maksud agar menjadi kaya. Namun ternyata banyak orang yang berpendidikan tinggi tidak lebih kaya dari orang yang berpendidikan biasa. Sebagian orang menganggap rezeki itu karena faktor usia, semakin dewasa seseorang akan semakin baik rezekinya. Namun ternyata banyak orang yang usianya lebih tua rezekinya tidak sebaik anak muda.
Ada orang berkeyakinan bahwa dengan tingginya jabatan dalam suatu instansi maka rezekinya akan semakin banyak. Namun faktanya banyak staf yang tanpa jabatan rezekinya lebih lebih banyak dari sang bos. Beberapa orang percaya bahwa menjadi pegawai negeri sipil rezekinya lebih terjamin dari pada menjadi pedagang. Tapi rupanya banyak pedagang yang memiliki tabungan masa depan yang lebih dari cukup untuk jaminan hari tuanya. Atau sebaliknya.
Ada juga orang yang berpendapat bahwa menjadi pengusaha akan lebih kaya dari menjadi karyawan. Hal ini ternyata terbantah dari kenyataan banyak karyawan yang jauh lebih kaya dari pengusaha. Ada pula yang yakin bahwa menjadi karyawan lebih baik rezekinya dari pada menjadi petani. Sekali lagi keyakinan ini gugur karena rupanya banyak petani yang kaya raya melebihi karyawan sebuah perusahaan multi nasional.
Ada pula orang yang memahami bahwa dengan tidak bekerja dia tidak mendapatkan rezeki. Namun faktanya banyak orang yang tidak bekerja dan masih sekolah ternyata mendapat rezeki bahkan jumlahnya lebih banyak dari orang yang bekerja. Beberapa orang menyimpulkan bahwa orang yang lebih giat bekerja rezekinya lebih banyak dari yang kurang rajin. Ternyata si pemalas rezekinya lebih banyak.
Kita juga dapat melihat kenyataan para pedagang yang menggelar dagangannya pada tempat yang sama-sama strategis, dengan barang dagangan yang sama baik bentuk, kuantitas maupun kualitasnya, pelayanannya sama-sama baik namun ternyata berbeda pendapatannya. Yang satu selalu ramai namun yang lain lebih sepi.
Ternyata semua anggapan diatas terbantah dari kenyatan yang ada. Lantas bagaimana sebenarnya?
Fakta Rezeki
Rezeki adalah hak Allah. Rezeki tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya pendidikan, usia, tinggi rendahnya jabatan, profesi yang ditekuni (PNS, karyawan swasta, pedagang, petani, pengusaha) penganggur, besarnya usaha yang dilakukan, lokasi usaha dll. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Al Imran 37)
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allahlah yang memberikan rezeki kepada siapa saja yang dia kehendaki apapun profesinya, dimanapun tempatnya, tua, muda, pegawai, pengusaha, pedagang, petani, dll. Allah tidak akan menghisap besar kecilnya rezeki yang didapat oleh manusia.
Banyak ayat-ayat yang serupa dengan itu diantaranya:
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, lalu menghidupkanmu (Ar Rum 40)
Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Al Ankabut 60)
Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. (At Thaha 132)
Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka (Al An’am 151)
dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. (Al Isra’ 31)
benar-benar Allah akan memberi rezki yang baik kepada mereka dan sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi rezki. (Al Hajj 58)
dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya (Huud 6)
Maka mintalah rezki itu di sisi Allah (Al Ankabut 17)
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. (Ar Ra’ad 26)
Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Ad Dzariat 58)
Ayat-ayat diatas dan sejumlah yang lain merupakan dalil-dalil yang qoth’i maknanya tidak ada penafsiran dan pengertian lain bahwa rezeki itu adalah milik Allah dan Dialah satu-satu yang Maha Kuasa memberikannya kepada siapa saja yang dia kehendaki.
Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap orang sejak 4 bulan berada dalam rahim ibunya seperti sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra
’Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia’.
Dengan demikian maka seorang hamba telah ditentukan rezekinya oleh Allah SWT yang jumlahnya pun telah pasti. Rezeki akan datang bila Allah mendatangkan pada kita. Lantas apa hubungannya dengan usaha bekerja?
Dari paparan diatas ternyata usaha bekerja tidaklah menjadi sebab datangnya rezeki karena banyak orang yang telah bekerja keras namun tidak mendapatkan rezeki. Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk berikhtiar agar menghantarkan pada keaadaan (al hal) perolehan rezeki, namun Allahlah yang meberikan rezeki tersebut. Usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh rezeki adalah kewajiban yang harus dilakukannya yang telah diperintahkan Allah. Bila dia tidak mau berusaha maka Allah akan menghisabnya. Allah berfirman:
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al Mulk 15)
Rasulullah SAW bersabda: ’Tidak akan memberatkan bagi siapa saja yang bekerja keras’
Diriwayatkan dari Miqdam ”Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang daripada makanan yang dihasilkan oleh kerja kerasnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud as makan dari hasil kerjanya sendiri” (Hadits riwayat bukhari no 2072)
Sebagai seorang muslim, maka wajib baginya untuk bekerja karena Allah telah memerintahkan. Sehingga motivasi seorang mukmin dalam bekerja adalah ibadah karena Allah saja dengan keyakinan Allah akan memberi rezeki kepadanya. Allah telah menjamin reazeki tiap-tiap orang.
Sehingga tidak diperbolehkan bagi kita merasa bahwa rezeki yang Allah limpahkan kepada kita karena hasil usaha kita, seolah-olah tidak ada peran Allah dalam perolehannya. Lihatlah bagaimana kesombongan Qorun yang merasa bahwa harta yang dia peroleh berkat kepandaiannya, kemudian Allah tenggelamkan ia bersama hartanya.
Selanjutnya apa perbedaan pemilikan, rezeki dengan keadaan yang dapat mendatangkan rezeki?
Pemilikan adalah penguasaan sesuatu dengan berbagai cara yang diperbolehkan dalam Islam. Artinya harta yang diperoleh bukan dengan jalan yang benar seperti merampok, korupsi, menipu bukanlah pemilikan yang sah. Harta tersebut bukan milik orang yang melakukannya, status harta tersebut tetap milik orang yang dizhalimi tadi, maka negara memiliki kewajiban untuk menghukum orang yang berbuat curang tersebut dan mengembalikan hartanya kepada yang berhak.
Rezeki adalah sesuatu yang sampai kepada mereka baik diperoleh dengan cara halal maupun haram. Bila ia peroleh dengan cara halal maka disebut rezeki halal, bila dengan cara haram disebut rezeki haram. Keduanya tetap rezeki.
Keadaan yang mampu mendatangkan rezeki adalah suatu kondisi yang bisa mendatangkan rezeki, misalnya orang berjualan, orang bekerja, orang bertani dll. Namun datangnya rezeki tidak dapat dipastikan dari hal itu.
Penutup
Bila kita dalam kondisi yang kesulitan dalam perolehan rezeki walaupun telah mengusahakan berbagai hal untuk memperolehnya maka bersabarlah sesungguhnya Allah sangat sayang kepada kita. Percayalah dengan kondisi kesulitan yang kita hadapi itu Allah akan memberikan imbalan pahala yang besar bagi kita yang bersabar. Tetaplah berusaha, berdoa dan bersilaturahim karena dengan bersilaturrahim Allah akan melapangkan bagi kita rezeki. Sesuai dengan Sabda Rasulullah dari Anas bin Malik ra: Saya mendengarkan Rasulullah SAW bersabda ”Siapa yang ingin rezekinya dilapangkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia bersilaturrahim” (Hadits riwayat Bukhari no. 2067).
Bagi mereka yang belum bekerja dan terus berusaha mencari kerja namun belum mendapatkan pekerjaan yang diinginkan maka tetaplah dalam keimanan dan kesabaran. Mungkin Allah punya rencana lain bagi kita yang lebih baik dari yang kita harapkan. Yakinlah walaupun belum bekerja, Allah tetap akan mendatangkan rezekinya dari jalan yang lain. Tetaplah kita berdoa agar penguasa diberikan hidayah oleh Allah untuk membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, karena memberikan pekerjaan kepada rakyat adalah kewajiban penguasa. Bila masih banyak orang yang tidak bekerja karena tidak ada lapangan kerja maka Allah akan menghisab para penguasa karena tidak menjalankan amanah Allah sehingga menghambat dan memotong jalannya rezeki rakyat.
Untuk mereka yang dianugerahkan rezeki yang mudah dan berlebih maka bersyukurlah. Sungguh Allah sangat luas rezekinya. Ingatlah bahwa didalam rezeki yang Allah berikan ada rezeki orang miskin yang harus dikeluarkan. Tanda syukur kita kepada Allah adalah dengan mengeluarkan hak orang miskin dari rezeki tersebut.
Bagi para pemegang kekuasaan maka berhati-hatilah dengan banyaknya orang miskin karena Allah akan menghisab disebabkan karena kesulitan hidup rakyatnya. Kesulitan hidup rakyat disebabkan oleh kebanyakan harta hanya beredar ditangan sedikit orang akibat diterapkannya sistem kapitalis. Maka lebih baik menghisab diri kita sebelum dihisab Allah yaitu dengan kembali pada ajarannya dalam mengelola Negara.
Wallahu ’alam
Budianto Haris
Sabtu, 27 November 2010
TANTANGAN BEKERJA DI ERA KAPITALISME BAGI SEORANG PENGEMBAN DAKWAH

I. Pendahuluan
Bagi seorang muslim diwajibkan untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Allah berfirman:
”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (QS Al Mulk : 15)
Rasulullah SAW bersabda: ’Tidak akan memberatkan bagi siapa saja yang bekerja keras’
Diriwayatkan dari Miqdam ”Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang daripada makanan yang dihasilkan oleh kerja kerasnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud as makan dari hasil kerjanya sendiri” (Hadits riwayat bukhari no 2072)
Dalam surat Al Baqarah 233 Allah berfirman:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya” (QS Al Baqarah : 233)
Imam Ibnu al-'Arabiy menyatakan, "Ayat ini merupakan dalil wajibnya seorang ayah menafkahi anak-anaknya. Sebab, mereka masih belum mampu dan lemah." (Imam Ibnu al-'Arabiy, Ahkaam al-Quran, juz I/hal. 274) Dalam Kitab Shafwaat al-Tafaasiir, Ali al-Shabuniy menyatakan, "Makna ayat ini adalah, seorang ayah wajib memberikan nafkah dan pakaian kepada isterinya yang telah dicerai jika ia menyusui anak-anaknya." (Ali al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasir, juz 1, hal. 150).
Untuk menafkahi keluarga banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan bekerja. Bekerja dapat dilakukan dengan bekerja mandiri seperti mengelola kebun/sawah, berdagang punya sendiri atau bekerja pada pihak lain. Semua dapat dilakukan berdasarkan kemampuan, kemauan, kesenangan yang dia kehendaki. Bagi seorang muslim penting untuk memilih pekerjaan agar hasilnya halal dan jalan yang ditempuh tidak bertentangan dengan syariah.
Pada makalah ini, penulis akan mengulas tentang ‘tantangan bekerja di era kapitalisme bagi pengemban dakwah’ berdasarkan pengalaman beberapa tahun bekerja diberbagai tempat.
II. Realitas Sistem Kapitalisme
Sistem kapitalisme telah menciptakan ketidakseimbangan kepemilikan, kesenjangan ekonomi dan sosial, ketidakmerataan kesempatan, budaya yang hedonis dan konsumeris, individualis, dll. Hal ini akibat dari liberalisasi disegala sektor kehidupan.
Pangkal dari petaka itu adalah sekulerisme yaitu pemisahan antara kehidupan dan agama – kehidupan yang tidak diatur oleh petunjuk Allah – sehingga kehidupan diatur oleh para pemikir berdasarkan teori-teorinya yang diadopsi melalui suara terbanyak dan diterapkan oleh para penguasa yang dipilih berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi.
Praktek sistem demokrasi telah menghantarkan para penguasa untuk berkuasa dengan dukungan kekayaan. Kekayaan inilah yang bisa membeli kursi kekuasaan. Untuk berkuasa diperlukan modal yang banyak guna membangun image positif, menarik hati masyarakat sebagai orang ‘dermawan’, ‘pro rakyat’, dll. Faktanya penguasa adalah juga pengusaha atau yang didukung oleh para pengusaha.
Prinsip-prinsip ekonomi Liberal yang menyebabkan kondisi seperti saat ini diantaranya adalah:
1.Pandangan tentang persoalan ekonomi mikro terletak pada masalah produksi (meningkatkan jumlah produksi)
2. Pandangan pada makro ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi (buble economic)
3. Subsidi adalah racun bagi rakyat (privatisasi)
4. Kepemilikan ada ditangan individu – Setiap orang boleh memiliki apa saja – (konglomerasi)
5. Harus ada liberalisasi perdagangan dalam bentuk pasar bebas (monopoli)
6. Mata uang dapat diperjualbelikan (ribawi)
Akibat dari semua itu maka terciptalah kondisi real saat ini yakni dunia dicengkeram oleh para konglomerat yang menguasai hajat hidup orang banyak. Para konglomerat besar menguasai kekayaan alam dan menciptakan gurita bisnis dari sektor hulu ke hilir. Negara dikuasai oleh para konglomerat, sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh Negara menuruti kehendak para konglomerat. Kesenjangan hidup antara orang kaya dan orang miskin semakin besar. 20 % orang menguasai 80% kekayaan dunia. Artinya 80% orang di dunia memperebutkan 20% kekayaan yang ada. Orang miskin jumlahnya akan semakin banyak karena tidak mampu mengangkat dirinya akibat tidak memiliki bekal untuk bangkit.
Di Indonesia saja menurut Word Bank terdapat 110 juta orang miskin (penghasilan dibawah US$2 / hari), 45 juta orang menganggur (4 juta orang sarjana). Dengan terbatasnya lapangan kerja dan kesempatan bekerja menyebabkan persaingan yang tidak sehat.
Bila ditelaah maka lapangan pekerjaan yang ada terdiri dari sektor swasta murni (PMA dan PMDN), BUMN, sektor pemerintah, usaha mandiri (usaha kecil).
Perusahaan swasta murni (PMA dan PMDN) biasanya perusahaan-perusahaan skala menengah hingga perusahaan multinasional yang bergerak dalam berbagai bidang bisnis seperti: Industri Manufacture, Pertambangan, Jasa (keuangan, kurir, konsultan, kesehatan, pendidikan, dll), Transportasi, Telekomunikasi, hiburan / entertainment, media, trading, dll.
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang dimiliki oleh Negara. Idealnya perusahaan ini 100% saham dan pengelolaannya oleh Negara. Namun pada prakteknya terus dipreteli hingga seluruhnya akan diprivatisasi menjadi milik publik bahkan menjadi milik pribadi oleh para konglomerat.
Lapangan kerja sektor pemerintahan adalah pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah untuk mengurusi kepentingan masyarakat sesuai fungsi Negara menurut definisi sistem Demokrasi Kapitalis bahwa Negara adalah sebagai penjaga malam. Ibarat orang ronda yang menjaga keamanan pada malam hari tentulah yang dijaga adalah rumah orang yang berharta, karena pencuri lebih sering mencuri rumah orang kaya. Demikian pula yang dilakukan Negara yaitu menjaga kepentingan para pemilik modal. Lapangan pekerjaan sektor pemerintahan ini meliputi berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan negara diantaranya: pemerintahan daerah, pemerintahan pusat, departemen-departemen, kementrian, dinas-dinas terkait, badan-badan, dll.
Semua ini tumbuh dan berkembang seiring dengan arah yang dikendalikan oleh ideologi negara yang diterapkan saat ini. Perasaan umat akan selaras dengan perasaan ideologi itu, demikian juga pemikiran umat akan selaras dengan pemikiran ideologi tersebut. Bertambah lama sistim ini tumbuh maka akan semakin semraut sehingga jumlah orang stres bertambah, angka bunuh diri meningkat, kriminalitas tinggi dan orang tidak sekolah semakin banyak.
Tentu diperlukan perbaikan kearah yang benar dengan membuang sekulerisme dari nadi dan darah umat, mencabut kapitalisme yang telah menancap dalam otaknya. Semua ini akan dapat tercapai dengan berkiprahnya para kader dakwah untuk merubah seluruh tatanan kehidupan dengan menggantinya dengan sistem Islam yang kaaffah. Untuk itu diperlukan Pengemban Dakwah yang tangguh.
Namun perlu dicatat bahwa pengemban Dakwah juga wajib menafkahi keluarga dengan nafkah yang halal dan dihasilkan dengan cara yang halal juga. Pengemban dakwah perlu juga untuk bekerja mencari nafkah. Lantas bagaimana menghadapi realitas kehidupan yang tidak islami yang dihadapi setiap saat dan telah merasuk keseluruh sendi pekerjaan? Bagaimana pula agar waktu yang ada tidak habis hanya untuk bekerja, karena ada kewajiban lain yaitu berdakwah? Inilah tantangannya.
III. Tantangan Bekerja di Era Kapitalisme Bagi Pengemban Dakwah
Dunia kerja saat ini tidak bisa lepas dari ideologi yang mengatur kehidupan yaitu kapitalisme. Dimanapun kita berkiprah akan terkontaminasi oleh sistem hidup ini baik langsung maupun tidak langsung. Marilah kita telaah kondisi pekerjaan dibeberapa bidang kerja yang akan dihadapi oleh para Pengemban Dakwah:
1.Bekerja di sektor pemerintahan (baik sipil maupun militer)
Bagi para pengemban dakwah bekerja menjadi pegawai pemerintah akan menghadapi beberapa hal yaitu:
a. Waktu bekerja
Bagi sebagian level jabatan dan bidang pekerjaan tertentu dari sisi waktu bekerja akan lebih fleksibel artinya banyak celah waktu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah. Namun biasanya untuk tipe ini jabatannya bukan jabatan penentu. Kebanyakan hanya staf biasa. Bagi pengemban dakwah yang memerlukan intensitas Dakwah sebagai poros hidup sulit memiliki jabatan tertentu karena waktu untuk bekerja akan lebih banyak dari pada untuk kepentingan dakwah.
b. Jabatan
Semakin tinggi jabatan maka akan semakin banyak kemungkinan maksiat yang terjadi. Dunia pemerintahan tidak lepas dari: mark up, laporan fiktif, ikhtilat, berbohong, menyembunyikan kebenaran, KKN, menjilat, mencari muka, bermuka dua, dll. Sulit untuk dapat bertahan lama dalam jabatan tertentu tanpa melakukan hal-hal tersebut. Bilapun dapat dilakukan maka diperlukan pengorbanan perasaan yang luar biasa. Bisakah pengemban dakwah bertahan?
c. Bidang kerja
Untuk bidang kerja tertentu seperti pendidik (dosen, guru, penyuluh, dlll), pekerja kesehatan (bidan, dokter, perawat, dll), akan lebih banyak kesempatan untuk survive dalam dakwah karena cukup selaras dengan bidang Dakwah. Namun untuk bidang seperti keuangan (bendahara, pajak, kasir, dll) banyak hal yang harus dihindari agar tidak terkena pada kemaksiatan mengingat banyak sekali aktivitas yang akan menjerumuskan seperti suap, riba, laporan fiktif, dll. Bidang hukum (hakim, jaksa, dll) bersentuhan langsung dengan kebijakan hukum selain Islam, pastilah sulit mengelak dari kemaksiatan. Bidang-bidang lain seperti pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, kehutanan, linkungan hidup, perencanaan pembangunan, pekerjaan umum, pemerintahan, dll agak lebih sedikit kemungkinan maksiatnya untuk level staf biasa. Maka pengemban dakwah akan menghadapi tantangan luar biasa untuk level jabatan tinggi. Level staf biasa pun akan menghadapi tantangan yang tidak sedikit untuk menghindari maksiat paling tidak bagaimana menghindari perintah bos dalam melakukan kemasiatan semisal membuat dokumen perjalanan fiktif, dll. Walaupun demikian dengan gaji seadanya tanpa ada tambahan dari jalan yang subhat merupakan tantangan bagi Pengemban Dakwah untuk bersabar. Mampukah?
2. Bekerja di BUMN
Sedikit berbeda dengan sektor pemerintahan, para pekerja BUMN (Badan Usaha Milik Negara), umumnya memiliki penghasilan yang sedikit lebih baik dari pegawai pemerintahan. Sehingga tantangan untuk berbuat curang agak berkurang, walaupun bagi para penghalal segala cara ladang BUMN adalah lahan basah. Tentu tidak bagi pengemban dakwah.
Pengemban Dakwah yang bekerja sebagai pegawai BUMN pun tak akan lepas dari tantangan:
a. Waktu bekerja
Waktu Bekerja pegawai BUMN lebih padat dibanding pegawai negeri. Untuk waktu standar bekerja saja sulit meluangkan waktu untuk berdakwah keluar dari kantor pada siang hari. Apalagi bagi pemegang jabatan tertentu, waktunya akan lebih banyak tersita untuk pekerjaan.
b. Jabatan
Tidak jauh berbeda dengan pegawai pemerintahan. Semakin tinggi jabatan maka akan semakin banyak kemungkinan maksiat yang terjadi. Pekerjaannya tidak lepas dari: mark up, laporan fiktif, ikhtilat, berbohong, menyembunyikan kebenaran, KKN, menjilat, mencari muka, bermuka dua, dll. Para pejabat BUMN akan dapat bertahan lama bila dapat menyenangkan bos dan pandai menyetor. Sulit bagi pengemban dakwah untuk bertahan. Pengorbanan banyak hal.
c. Bidang Kerja
Bidang kerja BUMN pun bervariasi, untuk bidang kerja tertentu seperti keuangan (bendahara, perbankan, kasir, bea-cukai, dll) penuh dengan kemungkinan maksiat karena banyak sekali aktivitas yang dapat menjerumuskan seperti suap, riba, laporan fiktif, dll. Bidang-bidang lain seperti pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, transportasi, dll kemungkinan maksiatnya walaupun lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebelumnya namun juga riskan bagi pengemban Dakwah. Bagi pengemban dakwah posisi staf biasa non jabatan akan lebih leluasa memilih langkah. Namun bila memegang jabatan maka tantangan pengorbanan perasaan akan terasa berat. Pengemban Dakwah harus banyak bersabar untuk tidak tergoda.
3. Bekerja di Perusahaan Swasta (PMA / PMDN)
Bekerja pada perusahaan swasta, tantangan yang dihadapi cukup komplek dan tidak kalah berat untuk dihadapi oleh pengemban dakwah. Waktu yang digunakan untuk bekerja akan lebih lama dibandingkan dengan pegawai pemerintah maupun BUMN. Sehingga waktu untuk berdakwah akan lebih sedikit. Berdakwah disela-sela waktu kosong sangat terbatas. Konsentrasi kerja akan menyita lebih banyak pemikiran dan sulit meluangkan pikiran untuk berdakwah. Semakin Tinggi jabatan maka waktu kerja juga akan semakin bertambah, beban kerja akan semakin berat, pikiran seluruhnya tertuang untuk mencapai target kerja. Kami mengistilahkan bahwa diri sesorang telah dibeli oleh kapitalis untuk mencapai kerakusannya. “Anda saya beli dengan gaji besar, tunjangan besar, kemewahan, dll namun anda hanya boleh memikirkan bagaimana agar perusahaan berkembang pesat dan anda tidak perlu memikirkan yang lain termasuk Dakwah”. Hal ini sesuai dengan arahan teori kelangkaan bahwa ‘keinginan orang tidak terbatas namun alat pemuas yang ada sangat terbatas’, sehingga dengan rakusnya untuk mengambil apa saja. Pemikirannya bukanlah cukup atau tidak tapi tumbuh atau tidak, bila bulan ini untung 1000 maka bulan depan harus untung lebih dari 1000. Bila bulan yang akan datang untung tetap seribu berarti tidak ada prestasi karena tidak ada pertumbuhan (qrowth).
Untuk mencapai keuntungan besar perusahaan maka harus disupport oleh segala lini yang ada dalam perusahaan. Umumnya prinsip kapitalis adalah ‘by all means’ (dengan segala cara), halal atau haram bukan hal yang diperrtimbangkan. Akhirnya seluruh lini kerja akan terkontaminasi dengan kemaksiatan.
Budaya kapitalis pasti akan bersentuhan dengan siapa saja yang bekerja padanya. Paling minimal bagi para karyawan akan menghadapi prilaku ikhtilat dari pegawai yang campu baur. Bahkan untuk para pemegang jabatan akan lebih banyak lagi kemaksiatan yang mungkin dihadapi, diantaranya adalah mencari muka, berdusta, pergaulan bebas, mark up, suap, ribawi, bermuka seribu, pesta-pesta, dll. Tentulah sulit bagi pengemban dakwah untuk survive. Butuh pengorbanan dan kerja keras yang luar biasa untuk dapat bertahan dari godaan maksiat. Sangat sedikit yang mampu bertahan. Gugur dalam medan dakwah atau gugur dari pengaruh kapitalis. Pilihan ada pada kita.
4. Bekerja Mandiri
Bekerja mandiri mungkin salah satu alternatif dari sekian pilihan yang dapat diambil untuk keluar dari lingkaran kapitalis yang penuh maksiat. Namun demikian bagi pengemban dakwah bukan berarti tidak ada tantangan. Setidaknya untuk awal perintisannya telah mengorbankan waktu yang banyak yang akan menyita konsentrasi dakwah. Itu bila usaha mandiri akan berkembang cepat.
Tantangan lain yang dihadapi adalah diperlukan modal untuk pendiriannya. Bila permodalan cukup maka langkah pertama dapat diatasi dengan baik. Bila kurang modal maka akan terseok-seok dan berpengaruh bagi perkembangan usaha. Alternatif pencarian modal juga tantangan tersendiri untuk memilih sumber yang syar’i.
Bila usaha telah berjalan maka tidak sedikit tantangan yang dihadapi yang memungkinkan jalan yang ditempuh tidak syar’i seperti pengembangan jaringan kerja yang bersentuhan dengan suap, proses negosiasi yang menyalahi islam, transaksi yang tidak islami, pertambahan keuntungan yang ribawi, lingkungan kerja yang campur baur, dll. Hal ini merupakan konsekwensi dari sistem kapitalis yang telah berurat berakar.
Kami menyimpulkan bahwa didalam sistem yang tidak ideal akan sulit menemukan subsistem yang ideal.
Tantangan bagi pengemban dakwah adalah bagaimana dapat mensinergikan dakwah dengan memenuhi nafkah keluarga.
IV. Beberapa Renungan
Menafkahi keluarga adalah wajib. Berdakwah juga wajib. Seorang muslim wajib melaksanakan seluruh kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah. Meninggalkan salah satunya berarti bermaksiat kepada Allah.
Allah telah menetapkan kadar rezeki bagi tiap-tiap orang berdasarkan firman Nya:
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS Al Ankabut 60).
Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap orang sejak 4 bulan berada dalam rahim ibunya seperti sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra
’Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia’
Allah juga berfirman:
“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Attaubah 71)
Semoga kita dapat memilih petunjuk Allah dalam menghadapi tantangan kehidupan yang dilandasi prinsip hidup kapitalisme dan bekerja keras menggantinya dengan sistem Islam. Dakwah sebagai poros hidup adalah impian bagi pengemban dakwah yang ikhlas. Maka kita berdoa agar Allah memberikan pekerjaan untuk menafkahi keluarga yang selaras dengan roda dakwah. Amin.
Wallahu’alam
Budianto Haris (dipresentasikan bulan Juli 2010)
Sabtu, 13 Februari 2010
Bukti Baru Lumpur di Sidoarjo Akibat Tangan Manusia

Bukti Baru Lumpur di Sidoarjo Akibat Tangan Manusia
Menyalahkan alam kerap dilakukan manusia ketika terjadi bencana. Diperlukan kejujuran, untuk mengakui bencana lumpur Lapindo akibat ulah tangan manusia
Hidayatullah.com--Banyak orang yakin bahwa bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo adalah karena ulah manusia, bukan bencana alam. Bukti baru yang ditemukan mendukung pendapat tersebut.
Lumpur Lapindo sebagaimana diamati penduduk setempat, muncul pertama kali tanggal 29 Mei 2006 pada pukul 5 pagi. Jaraknya sekitar 500 kaki dari lubang eksplorasi gas PT. Lapindo Brantas. Sejak itu 100.000 ton lumpur panas telah dikeluarkan dari perut bumi, jumlah yang cukup untuk memenuhi 60 kolam renang standar olimpiade, dan hingga kini terus mengalir. Bukti ilmiah menunjukkan, ulah manusia adalah penyebab keluarnya lumpur panas tersebut.
"Bencana itu disebabkan karena penarikan tali bor dan mata bor keluar dari lubang, ketika lubang tidak dalam keadaan stabil," kata Richard Davies, Direktur Durham Energy Institute dan penulis sebuah karya ilmiah di jurnal Marine and Petroleum Geology, dalam sebuah rilis pers. "(Hal tersebut) memicu 'tendangan' besar pada sumur, di mana di sana ada sebuah arus besar air dan gas yang berasal dari jajaran bebatuan di sekitarnya yang tidak bisa dikendalikan."
Lumpur gunung berapi dalam tanah bisa keluar dengan dua cara. Retakan baru pada bebatuan yang menutupi kandungan lumpur bisa menjadi jalan keluar, jika lumpur mendapat tekanan. Atau lewat celah dan retakan yang terbentuk akibat terjadinya gempa.
Menurut Davies, hentakan yang berasal dari penarikan tali dan mata bor itulah yang menyebabkan bebatuan penutup lumpur menjadi retak, sehingga lumpur yang bertekanan itu pun memancar deras ke permukaan.
Tim peneliti Davies mengungkap bukti dari drilling log yang dilakukan oleh Lapindo Brantas. Perusahaan itu berupaya untuk menekan lumpur ke sumur-sumur pengeboran mereka guna menghentikan semburan.
"Upaya ini cukup berhasil, dan semburan lumpur panas perlahan berkurang," kata Davies.
"Fakta semburan menjadi berkurang, membuktikan bahwa lubang galian terhubung dengan gunung api (kawah), pada saat terjadi semburan," kata Davies kepada majalah online Wired (11/2).
Tulisan ilmiah yang disusun Davies dan kawan-kawan merupakan tanggapan atas sebuah artikel Lapindo Brantas yang dimuat pada jurnal yang sama. Pihak Lapindo mengklaim, peristiwa gempa bumi dua hari sebelumnya yang berjarak 175 mil dari pusat semburan lumpur, adalah penyebab terjadinya bencana tersebut.
Menurut pakar geologi Michael Manga, rekan Davies dari Universitas California, kebenaran hipotesa yang menyebut gempa bumi Yogya sebagai penyebab, kemungkinannya sangat kecil.
"Butuh kekuatan 1.000 kali lipat untuk menyebabkan semburan," kata Manga.
Gempa yang dimaksud adalah gempa berkekuatan 5,9 skala Richter (6,2 menurut US Geological Survey) yang mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006 pukul 05.55 WIB selama 57 detik.
Salah satu tulisan Manga mengenai kemungkinan terjadi semburan lumpur akibat gempa dikutip dalam tulisan Lapindo Brantas.
Namun Manga mencatat, berdasarkan contoh-contoh historis yang dimiliki ilmuwan, apa yang diklaim oleh Lapindo tidak mungkin terjadi. "Oleh karena itu saya menulis satu halaman tulisan ilmiah (tahun 2007) yang menyebutkan (gempa Yogja) tidak mungkin menjadi sebab semburan lumpur," katanya.
Ia mengatakan, beberapa tahun sebelum gempa Yogya ada gempa yang lebih besar dan jaraknya lebih dekat, tapi tidak menyebabkan lumpur menyembur.
Sebagian pakar mencapai kesimpulan yang sama dengan Davies dan kawan-kawan, sebagian lain masih ragu.
Octavian Catuneanu, editor jurnal yang memuat tulisan Davies dan Lapindo, yang juga pakar geologi di Universitas Alberta mengatakan, "Dalam geologi, adakalanya (yang penting) bukan soal benar atau salah, tapi soal masuk akal atau tidak masuk akal."
"Lucunya, terkadang sekumpulan data yang sama bisa diinterpretasikan oleh orang berbeda dengan cara yang berbeda, ini yang menyebabkan terjadinya argumentasi dan kontroversi," kata Catuneanu.
Manga yakin para ahli geologi di Lapindo tidak mungkin menulis sesuatu yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Terlebih bila dinyatakan semburan lumpur adalah akibat kesalahan manusia, maka perusahaan keluarga Bakrie itu harus menanggung ganti rugi yang sangat besar jumlahnya. "Perusahaan pengeboran itu tidak bisa mengatakan hal yang berbeda, bukan?" kata Manga.
Hingga berita itu ditulis Wired (11/2), mereka belum berhasil menghubungi Lapindo Brantas untuk dimintai komentar. [di/wired/www.hidayatullah.com]
Langganan:
Postingan (Atom)